Jakarta –
Tak dipungkiri hingga kini para orang tua dan guru masih merasa khawatir game dapat berdampak buruk bagi anak-anak. Namun hasil riset yang dilakukan Mabar Esports Students Athlete Research menunjukkan sebaliknya.
Bermain game kompetitif dapat membantu pelajar mengembangkan kepribadian. Dengan dukungan dan wadah yang baik, bermain game kompetitif bisa menjadi sarana aktualisasi diri sekaligus membentuk identitas pelajar cerdas berkarakter.
Dalam melakukan riset tersebut, Mabar menggandeng Tim Laboratorium Cognition, Affect, and Well-Being (CAW Lab) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). Adapun riset dilakukan dengan membandingkan tiga grup pelajar, yakni pelajar competitive gamer, pelajar casual gamer, dan pelajar non-gamer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam riset, ketiga grup mendapatkan tugas-tugas yang sama untuk mengukur kemampuan kognitif dan psikologisnya, hasilnya didapati kecenderungan bahwa bermain game kompetitif lebih baik daripada kasual.
“Setidaknya ada empat aspek kognitif dan psikologis utama dimana pelajar competitive gamer lebih unggul dibandingkan grup lainnya. Pertama, pada aspek kontrol respons yang membuat orang lebih fokus. Kedua, akurasi yang jauh lebih tinggi. Ketiga, kemampuan regulasi emosi yang lebih baik. Dan, keempat adalah kepribadian yang tidak impulsif dan tidak rentan stres,” jelas Dr Dyah T Indirasari, M.A, psikologi sekaligus Ketua Tim Peneliti dari CAW Lab Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Ketua CAW Lab Fakultas Psikologi UI Agnes Nauli S.W. Sianipar, M.Sc., Ph.D menambahkan, aspek-aspek tersebut merupakan bekal yang kuat dalam mengembangkan kepribadian yang baik bagi individu. Apalagi aspek kognitif seperti fungsi kontrol respons juga merupakan hal yang sangat mendasar dalam berbagai proses belajar akademik, olahraga, dan musik.
Hasil riset turut menunjukkan esports dapat melatih daya juang atau grit para pelajar. Kemampuan ini paling menonjol ditunjukkan oleh grup pelajar competitive gamers dibandingkan kedua grup lainnya.
“Terdapat sejumlah anggapan bahwa generasi muda saat ini merupakan generasi stroberi atau lembek. Kami menemukan bahwa esports justru dapat meningkatkan grit pelajar. Dalam psikologi, grit dapat ditingkatkan bila seseorang memiliki tujuan, minat terkait tujuan tersebut, dan usaha yang kuat. Ketiga aspek tersebut terdapat di esports. Hasil riset juga menunjukkan bahwa grit dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi melalui esports,” ungkap Agnes.
![]() |
Dalam fase Perkembangan Psikososial, mewadahi minat pelajar di masa remajanya berperan penting membantu mereka membentuk identitas yang lebih positif. Karena dapat mewadahi kebutuhan aktualisasi diri, termasuk melalui esports.
Oleh karena itu CEO dan Co-Founder MABAR.com Aziz Hasibuan menilai wadah esports dapat menjawab kekhawatiran orang tua maupun guru terkait dampak bermain game. Sebab ada sejumlah perbedaan mendasar dari bermain game secara kompetitif dan kasual.
Pada game kompetitif atau esports, sebuah tim pelajar perlu bekerja sama, menjalankan strategi, mengasah akurasi, sementara untuk pemain kasual aspek tersebut kurang terasa.
“Dari hasil riset ini, kami merekomendasikan agar sekolah melakukan intervensi pada minat bermain game pelajar dengan memfasilitasi dan menjadikan sekolah sebagai Esports Development Center untuk Student Athlete. Dengan demikian, pelajar bisa memahami bagaimana mengarahkan hobinya bermain gim untuk mengembangkan karakternya, bukan sekadar kebutuhan hiburan,” terang Aziz.
Hal tersebut juga didorong oleh tingginya minat pelajar terhadap game esport. Aziz menunjukan bagaimana platform Mabar.com dalam waktu kurang dari tiga bulan saja telah memiliki lebih dari 10 ribu pengguna dari 1.000 tim esports yang berasal dari 800 sekolah di 16 provinsi. Dengan minat setinggi ini dan potensi positifnya, sangat disayangkan kalau mereka tidak mendapatkan dukungan dan arahan.
Hasil riset MABAR Esports Student Athlete Research juga menunjukkan kekuatan karakter-karakter positif pada grup pelajar competitive player dapat menjadi fondasi pembentukan profil Pelajar Pancasila, sesuai Visi Kemendikbud 2020-2024 dengan enam elemen profil: (1) Bernalar kritis; (2) Kreatif; (3) Mandiri; (4) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; (5) Bergotong royong; dan (6) Berkebinekaan global.
“Untuk dapat mencapai profil Pelajar Pancasila, dibutuhkan sejumlah elemen kunci karakter yang perlu dikembangkan. Dan ini, berkaitan erat dengan kemampuan kognitif dan psikologis. Sebagai contoh, grit atau daya juang yang baik, bisa memperkuat kemandirian pelajar karena dapat melatih kesadaran diri, minat, situasi yang dihadapi, kemudian meregulasi diri dan berusaha keras mencapai tujuan. Hal ini memperkuat rekomendasi kami tentang pentingnya mewadahi esports, sehingga pelajar tidak bermain gim diam-diam dan tanpa arah,” sambung Aziz.
Simak Video “Arab Saudi Siap Selenggarakan Piala Dunia Esports di 2024“
[Gambas:Video 20detik]
(afr/afr)